SIFATKU
MENGHALANGIKU
karyaku
Dipinggir
pohon yang lebat sambil mendengar lagu dengan lantunan yang sangat merdu. Ada seorang gadis yang
duduk dipinggir pohon. Gadis itu bernama Fika, ia tinggal bersama orang tuanya
di sebuah perumahan dipinggir desa. Fika seorang gadis yang miliki sifat jutek,
cuek dan pendiam. Dia tidak suka memperhatikan orang yang disekitarnya. Ia
sangat cuek sampai-sampai seorang temannya yang sedang berbicara dengannya
dihiraukan begitu saja. Sifatnya itu muncul sejak ia duduk dibangku SMP kelas
VII, ia tidak suka berbicara terlalu banyak karena menurut ia berbicara terlalu
banyak hanya akan membuang-buang waktu begitu saja. Sifatnya itu terus
menjadi-jadi sampai saat ia duduk dibangku SMA kelas X.
Pada
saat pertama masuk sekolah, ia sangat pendiam dan belum bisa menghilangkan
sifatnya itu. Hari demi hari ia rasakan, bagaimana menjadi seorang siswa SMA.
Dengan berjalannya waktu lama-kelamaan ia bisa menghilangkan sifatnya itu
karena ia telah mengenal teman baru, semenjak ia duduk dibangku SMA. Fika si
anak pendiam dikenalnya oleh teman semasa SMP, telah berubah menjadi anak yang
tidak pendiam lagi. Dengan berjalannya waktu sedikit demi sedikit sifat
pendiamnya itu mulai hilang walaupun terkadang muncul lagi.
Pada
saat OSIS memberi kesempatan bagi siswa dan siswi yang berniat untuk ikut
menjadi anggota OSIS pada jabatan 2011-2012, Fika ikut dalam calan pemilihan
anggota OSIS 2011-2012. Tes demi tes ia jalani dari mulai tes tertulis, tes
olahraga, tes fisik hingga LDKS (Latihan Didik Kepemimpinan Siswa)
dilaksanakannya dan ia diterima menjadi anggota OSIS 2011-2012. Pada saat
sehari sebelum LDKS dilaksanakan di Bogor,
setiap siswa dan siswi dibagi kelompok. Masing-masing kelompok terbagi atas 6
orang setiap kelompoknya. Pada saat disuruh menulis perlengkapan apa saja yang
harus dipersiapkan. Fika lupa membawa pulpen. Ia kebingungan dan panik, ia
langsung mengambil pulpen temannya entah pulpen siapa yang ia ambil?
Seorang
laki-laki tersenyum dan ketawa pada saat Fika merebut pulpen yang dipegangnya
karena ketakutan. Fika tidak tahu pulpen siapa yang diambilnya, karena
ketakutan pulpen yang pada saat itu dipegang temannya Fika, yang sedang duduk
dibelakang diambilnya. Laki-laki itupun merebut pulpennya yang diambil Fika
sambil tertawa melihat kepanikan Fika. Laki-laki itu memperhatikan Fika
terus-menerus, menurut ia Fika anak yang lucu sampai-sampai Fika merasa
terganggu olehnya. Laki-laki itu mengetahui banyak hal tentang Fika, dimana
Fika sekolah sewaktu masih SMP dan dimana Fika tinggal. Laki-laki itu bernama
Putra.
Pada malam hari sehari sebelum
LDKS di Bogor dimulai handphone Fika berbunyi, no handphone yang tidak dikenal
sms Fika.
“hy, Fika? “kata Putra
“hy juga, ini siapa ya? “jawab Fika
“ini Putra.. “kata Putra
“Putra siapa? “jawab Fika
“Putra teman satu kelompok kamu.. “kata
Putra
Fika
tidak mengetahui kalau laki-laki itu bernama Putra teman satu kelompoknya
karena sangking cueknya ia tidak mengetahui teman satu kelompoknya adalah
Putra. Fikapun bingung memikirkan dari mana Putra bisa tau no handphone Fika.
Fikapun bertanya…
“Put, dapat dari mana kamu no handphone
aku? “Tanya Fika
“dari ketua kelompok kita, aku minta semua
no handphone kelompok kita..” jawab Putra
Fika
merasa bingung kenapa Putra tidak langsung meminta no handphonenya?
Sebenarnya pada saat itu Putra
ingin meminta no handphone Fika disekolah tetapi, ia tidak berani meminta
langsung kepada Fika, karena ia takut tidak boleh dikasih.
Pada saat selesainya LDKS di
Bogor selama 2 hari 1 malam, Fika merasa kalau selama LDKS Putra selalu
memperhatikan ia, kemana ia pergi Putra selalu ada. Empat minggu setelah LDKS
selesai, OSIS mengadakan Rapat. Malam harinya kakak kelas OSIS sms untuk
memberi tahu kalau besok ada Rapat dan tidak lama kemudian Putrapun sms untuk
menanyakan Fika pergi kesekolah bersama siapa?
“Fika, kamu berangkat kesekolah sama siapa?
“Tanya putra
“Aku berangkatnya sendiri, naik angkot…
“jawab Fika
“besok kamu mau gak bareng aku berangkat
naik motor, kebetulan motorku lagi nganggur dirumah!! “jawab Putra.
Putrapun
mengajak Fika pergi bareng bersamanya, dengan beraninya ia mengajak Fika,
tetapi sebelumnya belum pernah ada yang berani menjemput Fika karena papa Fika
galak dan tidak suka ada laki-laki yang menjemput Fika. Ketika Putra menjemput
Fika, papa Fika langsung keluar rumah. Tetapi anehnya papa tidak marah dan
malah bilang hati-hati kepadanya. Sesampainya disekolah kakak kelas Fika
bingung melihat Fika dengan Putra berangkat bersama tetapi dengan cueknya, Fika
tetap saja biasa-biasa saja tidak merasa malu ataupun risih.
Setiap malam Putra sms Fika dan
bertanya kepada Fika
“ Fika, kamu udah punya pacar belom? “Tanya
Putra
“Belum, kenapa? “jawab Fika
“Gak kenapa-kenapa, masa sih cewe secantik
kamu belum punya pacar? “Tanya Putra
“Belum!! “jawab Fika
Fikapun bingung dengan
pertanyaan Putra seperti itu, tetapi dengan cueknya ia tidak tahu bahwa
sebenarnya Putra memendam perasaan suka kepada Fika. Hari demi hari telah
berlalu, hujanpun turun sangat deras. Ketika hujan turun, Putra sms Fika dengan
kata-kata yang tidak Fika sukai.
“GUE BENCI SAMA LOE!!! “kata putra
“KALAU BENCI SAMA GUE TERUS TERANG AJA
NGOMONG DIDEPAN GUE JANGAN NGOMONG LEWAT SMS!!!!! “kata Fika
“Aku minta maaf Fika, aku gak marah sama
kamu. Aku lagi kesel sama temen aku!! “jawab Putra
“Kalau marah sama temen jangan orang lain
yang jadi kena sasarannya” jawab Fika
Fikapun kesel dan marah kepada
Putra, Putra tidak tahu kalau Fika tidak bisa diomeli tanpa sebab. Putrapun
meminta maaf kapada Fika, tetapi Fika tidak mau memaafkan Putra. Putra meminta
maaf kepada Fika melalui sms
GUE MINTA MAAF
GUE MINTA MAAF
GUE MINTA MAAF
GUE MINTA MAAF
GUE MINTA MAAF
GUE MINTA MAAF
GUE MINTA MAAF
MAAFIN GUE YAK ????
Fika membaca sms yang dikirim
oleh putra, ia merasa tidak seharusnya Putra ia marahi. Ia memaafkan kesalahan
yang dibuat oleh Putra. Mereka berduapun saling memaafkan.
Pada
suatu hari, Fika meminta tolong Putra untuk membuat sebuah puisi, Putrapun
membuat puisi cinta yang baru saja Fika minta. Puisi itu sengaja Putra buat untuk
Fika.
Aku
Cinta Padamu
Rasanya aku ingin bertemu denganmu
Andai engkau suka padaku
Frustasi jika engkau meninggalkanku
Ingin rasanya kumemelukmu
Karna
engkau adalah jantungku
Apa
yang harus ku perbuat untuk mendapatkanmu???
Perasaan ini semakin bergejolak
dihati
Untuk itu aku memohon
kepadamu untuk mencintaiku
Taman
surga takkan indah tanpamu
Rasanya bulan takkan menyinari bumi tanpamu
Ingin aku mengorbankan nyawaku kepadamu
Namun
apakah engkau mencintaiku???
Setelah
Putra membuat puisi itu, tak lama kemudian puisi itu dikirim Putra untuk Fika.
Pada saat Fika membacanya, ia bingung dengan puisi yang dibacanya. Ia pun
bertanya tentang apa puisi itu.
“Puisi yang kamu buat itu tentang apa?
“Tanya Fika
“Coba kamu pehatikan baik-baik puisi
buatanku itu..!! “jawab Putra
“Aku tidak mengerti apa maksud puisi itu??
“jawab Fika
Ternyata
puisi yang dibuat oleh Putra itu berdasarkan nama panjang Fika. Fika tidak
menyangka bahwa puisi itu adalah nama panjangnya. Ia terus-menerus membaca
puisi itu. Ia tidak menyangka Putra membuat puisi untuknya dari nama panjang
Fika.
Hari
demi hari cinta Putra kepada Fika kian memudar karena Fika cuek sekali
dengannya dan tidak pernah membalas cintanya. Cinta itu hilang dengan
berjalannya waktu, karena sikapnya Fika yang tidak berubah, Putrapun berpaling
darinya dan menemukan seorang wanita selain Fika kemudian ia pacari. Ketika
Putra berpaling darinya Fika baru sadar bahwa sesungguhnya Fika juga mencintai
Putra, tapi apa daya cintanya itu tidak bisa ia rasakan karena Putra sudah
tidak lagi cinta kepadanya.
Teman-temannya Fika yang
mengetahui ternyata Fika juga suka kepada Putra tetapi Putranya sudah berpaling
darinya, teman-teman Fika mencari cara untuk membantu Fika agar tetap bersama
Putra dan tidak ada satu orangpun yang berhak mendapatkan Putra selain Fika. Tetapi
usaha teman-teman Fika gagal karena Putra tidak mungkin meninggalkan
kekasihnya. Mendengar semua itu Fika hanya diam sambil menangis. Ia baru sadar
bahwa ada seorang laki-laki yang mencintainya tetapi tidak sempat ia balas.
Fikapun menangisi penyesalannya
dan merasa bahwa ia tidak peduli dengan usaha yang Putra lakukan deminya. Rasa
yang terpendam itu masih ada, teman-teman Fikapun juga ikut pula merasakan
kesedihan yang dialami oleh Fika.
Fika merasa terpukul dengan
kejadian ini, ia hanya bisa menangisi penyesalannya yang telah ia perbuat.
Andai waktu bisa terulang kembali, pasti Fika dan Putra bahagia dan terus
bersama.
No comments:
Post a Comment