EKOLOGI
DAN ILMU LINGKUNGAN
1.
Ekologi
Kata
”ekologi” mula-mula diusulkan oleh
biologiwan bangsa Jerman, Ernest Haeckel dalam tahun 1869. Sebelumnya banyak
biologiwan terkenal di abad ke-18 dan ke-19 telah memberikan sumbangan pikiran
dalam bidang ini, sekalipun belum menggunakan kata ”ekologi”. Kata
”ekologi” mula-mula diusulkan oleh
biologiwan bangsa Jerman, Ernest Haeckel dalam tahun 1869. Sebelumnya banyak
biologiwan terkenal di abad ke-18 dan ke-19 telah memberikan sumbangan pikiran
dalam bidang ini, sekalipun belum menggunakan kata ”ekologi”. Ekologi adalah ilmu yang mempelajari
hubungan timbal balik antara organisme-organisme hidup dengan lingkungannya. Berasal
dari kata Yunani oikos (habitat) dan logos (ilmu). Habitat (berasal dari kata dalam
bahasa Latin yang berarti menempati) adalah tempat suatu spesies tinggal dan
berkembang. Menurut Clements dan Shelford (1939), habitat adalah lingkungan fisik yang ada
di sekitar suatu spesies, atau populasi spesies, atau kelompok spesies, atau
komunitas.
Berbagai
kajian tentang interaksi telah berkembang pesat dan menghasilkan spesialisasi
cabang-cabang ilmu, seperti interaksi organel-organel sel dan sel-sel
dipelajari dalam Biologi Sel; interaksi jaringan-jaringan dipelajari dalam
Histologi yaitu interaksi organ-organ, sistem organ dan organisme dipelajari
dalam Anatomi dan Fisiologi yaitu interaksi populasi-populasi, komunitas dan ekosistem dipelajari dalam
Ekologi. Mengkaji ekologi tidak dapat dipisahkan dengan pembahasan tentang
energi dalam ekosistem.
1.1
Ekologi Industri
Definisi ekologi industri sampai saat ini
masih beragam, diantaranya yaitu suatu sistem yang digunakan untuk mengelola
aliran energi atau material sehingga diperoleh efisiensi yang tinggi dan
menghasilkan sedikit polusi. Definisi yang lain yaitu ekologi industri
merupakan suatu pendekatan manajemen lingkungan dimana suatu sistem industri
tidak dilihat secara terpisah dengan system sekelilingnya tetapi merupakan
bagian utuh yang saling mendukung dalam rangka mengoptimalkan siklus material
ketika suatu bahan baku diproses menjadi produk. Tujuan utama ekologi industri
adalah untuk mengorganisasi sistem industri (termasuk semua aspek kegiatan
manusia di dalamnya) sehingga diperoleh suatu jenis operasi yang ramah
lingkungan dan berkesinambungan (sustainable development).
Konsep ekologi industri dapat diterapkan
juga di negara-negara berkembang untuk semakin meningkatkan tingkat
pembangunannya. Di negara berkembang yang menjadi persoalan utama adalah sumber
daya alam yang melimpah namun masih belum dapat mengoptimalkan penggunaannya.
Hal lain yang menghambat adalah kurangnya dukungan pemerintah secara nyata
terhadap pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Kawasan
industri masih berupa suatu kawasan yang belum terpadu secara sistematis dan
hanya berupa kumpulan industri yang berdiri sendiri. Indonesia sebagai salah satu negara
berkembang sebenarnya telah mengaplikasikan ekologi industri. Konsep ekologi
industri yang dikembangkan di Indonesia masih sangat sederhana dan belum sampai
tahap sistem ekologi industri yang menyeluruh[2]. Konsep ekologi industri di
Indonesia masih sangat berprospek untuk dikembangkan lebih lanjut sehingga pada
akhirnya diperoleh suatu pembangunan industri yang berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan.
Strategi untuk mengimplementasikan konsep
ekologi industri ada empat elemen utama yaitu: mengoptimasi penggunaan sumber
daya yang ada, membuat suatu siklus material yang tertutup dan meminimalkan
emisi, proses dematerialisasi, dan
pengurangan dan penghilangan ketergantungan pada sumber energi yang
tidak terbarukan
2.
Lingkungan Hidup
Pengertian tentang
lingkungan hidup manusia atau sering disebut lingkungan hidup, sebenarnya
berakar dari penerapan ekologi. Lingkungan merupakan penelaahan terhadap sikap
dan perilaku manusia dengan tanggung jawab dan kewajibannya dalam mengelola
lingkungan hidup. Sikap dan perilaku ini sangat diperlukan sehingga
memungkinkan kelangsungan peri kehidupan secara keseluruhan serta kesejahteraan
manusia dan mahluk hidup lainnya. Pengertian lingkungan hidup menurut UU Nomor
23 Tahun 1997, adalah sistem kehidupan yang merupakan kesatuan ruang dengan
segenap benda, keadaan, daya dan mahluk hidup termasuk manusia dengan
perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan
manusia serta mahluk hidup lainnya.
2.1 Ilmu Lingkungan
Paradigma ilmu
lingkungan (environmental science) adalah metode ilmiah guna menghadapi kehidupan manusia yang kompleks di bawah
tatanan alam semesta, sehingga merupakan kombinasi hukum manusia dan hukum alam
berdasarkan teori, perangkat dan aplikasinya mengacu pada komponen nilai kemanusiaan melalui keterampilan profesional
dan sistematika ilmiah (Armour dan Lang 1975; Soerjani:1997). Ilmu lingkungan
terkait erat dengan pengelolaan sumberdaya termasuk materi, manusia dan
kompetensinya akan teknologi, seni dan budaya. Karena itu penelitian ilmu
lingkungan mencakup metodologi baik kuantitatif maupun kualitatif. Metodologi
kuantitatif berlandaskan pemikiran positivisme, terhadap fakta kehidupan dengan
realitas objektif, disamping asumsi teoritik lainnya. Sedangkan metodologi
kualitatif berdasarkan paradigma fenomenologi dengan objektivitas situasi atau
keadaan tertentu yang dialami dalam kehifupan. Karena itu penelitian ilmu
lingkungan menggunakan kedua metodologi baik kuantitatif maupun kualitatif
secara berimbang. Pada umumnya kesimpulan penelitiannya lebih diarahkan pada
perumusan kualitatif yang operasional atas dasar perumusan kuantitatif (Moleong
2004).
3.
Perbedaan
Ekologi dan Ilmu Lingkungan
Perbedaan utama ekologi dan ilmu lingkungan adalah dengan
adanya misi untuk mencari pengetahuan yang arif, tepat (valid), baru, dan
menyeluruh tentang alam sekitar, dan dampak perlakuan manusia terhadap alam.
Misi tersebut adalah untuk menimbulkan kesadaran, penghargaan, tanggung jawab,
dan keberpihakan terhadap manusia dan lingkungan hidup secara menyeluruh. Ilmu lingkungan merupakan perpaduan konsep dan asas berbagai ilmu (terutama ekologi, ilmu lainnya: biologi,
biokimia, hidrologi, oceanografi, meteorologi, ilmu tanah, geografi, demografi, ekonomi dan
sebagainya), yang bertujuan untuk mempelajari dan memecahkan masalah yang
menyangkut hubungan antara mahluk hidup dengan lingkungannya.
4.
Hubungan Ekologi dan Ilmu Lainnya
Ekologi secara berangsur berkembang, dan
makin terlihat bahwa ekologi mempunyai hubungan dengan hampir semua ilmu
lainnya. Guna memahami ruang lingkup dan sangkut-pautnya ekologi, persoalannya
harus dipandang dalam hubungannya dengan ilmu-ilmu lain. Untuk mengerti
hubungan antara organisme dengan lingkungan, maka semua bidang ilmu yang dapat
menerangkan tentang komponen-komponen makhluk hidup dan lingkungan itu sangat
diperlukan. Jika berbicara mengenai pencemaran hutan, perkembangan penduduk,
masalah makanan, penggunaan energi, kenaikan suhu bumi karena efek rumah kaca
atau pemanasan global dan lainnya, ini berarti juga harus berbicara mengenai
ilmu kimia, fisika, pertanian, kehutanan, ilmu gizi, klimatologi dan lainnya.
Dapat dikatakan bahwa sekarang ini makin terasa hubungan ekologi dengan hampir
semua bidang ilmu yang ada. Penyebaran, adaptasi dan aspek-aspek fungsi
organisme dari komunitas banyak dipelajari dalam ekologi dan erat hubungannya
dengan ilmu-ilmu biologi lainnya seperti taksonomi, morfologi, fisiologi,
genetika. Sedangkan klimatologi, ilmu tanah, geologi, dan fisika memberikan
informasi mengenai keadaan lingkungan. Dengan demikian pengetahuan fisika dan
biologi sangat diperlukan bagi seorang ahli ekologi untuk dapat mengungkapkan
hubungan antara lingkungan dan dunia kehidupan.
Contoh Dampak Ekologi Pada Penambang Kapur
5.
Asas Pengetahuan Lingkungan
Asas di dalam suatu ilmu pada dasarnya
merupakan penyamarataan kesimpulan secara umum, yang kemudian digunakan sebagai
landasan untuk menguraikan gejala (fenomena) dan situasi yang lebih spesifik.
Asas dapat terjadi melalui suatu penggunaan dan
pengujian metodologi secara terus menerus dan matang, sehingga diakui
kebenarannya oleh ilmuwan secara meluas.
ASAS 1:
(HUKUM THERMODINAMIKA I)
Semua
energi yang memasuki sebuah organisme hidup, populasi atau ekosistem dapat
dianggap sebagai energi yang tersimpan atau terlepaskan. Energi dapat diubah
dari satu bentuk ke bentuk yang lain tetapi tidak dapat hilang, dihancurkan
atau diciptakan. Asas ini adalah sebenarnya serupa dengan hokum
Thermodinamika I, yang sangat fundamental
dalam fisika. Asas ini dikenal sebagai hukum konservasi energi dalam
persamaan matematika.
Contoh:
Banyaknya
kalori, energi yang terbuang dalam
bentuk makanan diubah oleh jasad hidup menjadi energi untuk tumbuh, berbiak,
menjalankan proses metabolisme, dan yang terbuang sebagai panas.
Pemisahan energi yang masuk jadi dua komponen.
Jumlah energi yang masuk dan keluar
dari suatu pemisahan atau suatu proses, berupa materi.
Jumlah energi yang masuk dan keluar dari suatu pemisahan
atau suatu proses, berupa tenaga atau panas.
Asas
1 ini disebut juga dengan hukum konservasi energi, dalam ilmu fisika
sering disebut sebagai hukum termodinamika pertama. Asas ini menerangkan
bahwa energi dapat diubah, dan energi yang memasuki jasad hidup, populasi
ataupun ekosistem dianggap sebagai energi yang tersimpan ataupun yang
terlepaskan, sehingga dapat dikatakan bahwa sistem kehidupan sebagai pengubah
energi. Dengan demikian dalam sistem kehidupan dapat ditemukan berbagai
strategi untuk mentransformasi energi, maka dibutuhkan “pembukuan masukan dan
keluaran kalori dalam sistem kehidupan” Contohnya makanan yang dimakan oleh hewan.
ASAS 2
Tak ada system pengubahan
energi yang betul- betul efisien.
Pengertian:
Asas ini tak lain adalah hokum Thermodinamika
II, Ini berarti energi yang tak pernah hilang dari alam raya, tetapi energi
tersebut akan terus diubah dalam bentuk yang kurang bermanfaat.
Asas ini sama dengan hukum termodinamika kedua
dalam ilmu fisika. Hal ini berarti meskipun energi itu tidak pernah hilang,
namun demikian energi tersebut akan diubah dalam bentuk yang kurang bermanfaat.
Secara keseluruhan energi di planet kita ini terdegradasi dalam bentuk panas
tanpa balik, yang kemudian beradiasi ke angkasa.
Dalam sistem biologi,
energi yang dimanfaatkan baik oleh jasad hidup, populasi maupun ekosistem
kurang efisien, karena masukan energi dapat dipindahkan dan digunakan oleh organisme hidup yang lain.
Contohnya pada piramida makanan, tingkatan konsumen yang paling bawah
mendapatkan asupan energi yang banyak,
sebaliknya konsumen paling atas hanya mendapatkan sedikit, disamping itu
pada setiap tingkatanpun energi tidak dimanfaatkan secara efisien (banyak
terbuang).
Energi yang dapat
dimanfaatkan oleh kita seperti tumbuhan, hewan, ikan dsb., itu termasuk
kategori sumber alam, namun demikian apakah sumber alam ini dapat diukur
manfaatnya dan apa batasan sumber alam tersebut?.
Sumber alam adalah
segala sesuatu yang diperlukan oleh organisme hidup, populasi, atau ekosistem
yang pengadaannya hingga ke tingkat optimum atau mencukupi, sehingga akan
meningkatkan daya pengubahan energi.
ASAS 3
Materi, energi, ruang, waktu,
dan keanekaragaman, termasuk kategori sumberdaya alam.
Pengertian:
Pengubahan energi oleh system biologi harus Berlangsung
pada kecepatan yang sebanding dengan adanya materi dan energi di lingkungannya.
Pengaruh ruang secara asas adalah beranalogi dengan materi dan energi sebagai
sumber alam.
Contoh:
Ruang yang sempit: dpt mengganggu proses pembiakan organisme dg
kepadatan tinggi.
Ruang yang terlaluluas: jarak antar individu dalam populasi
semakin jauh, kesempatan bertemu antara jantan dan betina semakin kecil
sehingga pembiakan akan terganggu.
Jauh dekatnya jarak sumber makanan akan
berpengaruh terhadap perkembangan populasi.
Waktu sebagai sumber alam tidak merupakan
besaran yang berdiri sendiri. Misal hewan mamalia dipadang pasir, pada musim
kering tiba persediaan air habis di lingkungannya, maka harus berpindah
kelokasi yang ada sumber airnya. Berhasil atau tidaknya hewan bermigrasi
tergantung pada adanya cukup waktu dan energi untuk menempuh jarak lokasi
sumber air.
Keaneka-ragaman
juga merupakan sumberdaya alam. Semakin beragam jenis makanan suatu spesies
semakin kurang bahayanya apabila menghadapi perubahan lingkungan yang dapat memusnahkan sumber makanannya.
Materi
dan energi sudah jelas termasuk kedalam sumber alam. Ruang yang dimanfaatkan
oleh organisme hidup untuk hidup, berkembang biak dsb. dapat dianalogkan dengan
materi dan energi, karena dibutuhkan, sehingga secara asas termasuk katagori
sumber alam. Begitu pula dengan waktu, meskipun tidak dapat berdiri sendiri,
namun termasuk kategori sumber alam, karena berapa waktu yang dibutuhkan oleh
mahluk hidup untuk mendapatkan makanan. Keanekaragaman juga termasuk ke dalam
kategori sumber alam, karena apabila suatu spesies hanya memakan satu spesies
saja akan mudah terancam punah, namun apabila makanannya beranekaragam dia akan
mampu “survive”.
Asas 3 ini
mempunyai implikasi yang penting bagi kehidupan manusia untuk mencapai
kesejahteraannya
ASAS 4:
Untuk semua kategori sumber daya alam,
kalau pengadaannya sudah mencapai optimum, pengaruh unit kenaikannya sering menurun dengan penambahan
sumberalam itu sampai ke suatu tingkat maksimum. Melampaui batas
maksimum ini tak akan ada pengaruh yang menguntungkan lagi.
Untuk semua kategori sumberalam (kecuali
keanekaragaman dan waktu) kenaikan pengadaannya yang melampui batas
maksimum, bahkan akan berpengaruh
merusak karena kesan peracunan. Ini adalah asas penjenuhan.
Untuk banyak gejala sering berlaku kemungkinan
penghancuran yang disebabkan oleh
pengadaan sumberalam yang sudah
mendekati batas maksimum.
Asas 4 tersebut terkandung arti bahwa
pengadaan sumberalam mempunyai batas optimum, yang berarti pula batas maksimum,
maupun batas minimum pengadaan sumberalam akan mengurangi daya kegiatan sistem
biologi.
Contoh:
Pada keadaan lingkungan yang sudah stabil, populasi hewan atau
tumbuhannya cenderung naik-turun (bukan naik terus atau turun terus). Maksudnya
adalah akan terjadi pengintensifan perjuangan hidup, bila persediaan sumberalam berkurang.
Tetapi sebaliknya, akan terdapat ketenangan
kalau sumberalam bertambah.
Untuk semua kategori sumberdaya alam
(kecuali keanekaragaman dan waktu) kenaikan pengadaannya yang melampaui batas
maksimum, bahkan akan berpengaruh merusak karena kesan peracunan. Ini adalah
asas penjenuhan. Untuk banyak gejala sering berlaku kemungkinan penghancuran
yang disebabkan oleh pengadaan sumber alam yang sudah mendekati batas maksimum.
Pada asas ini
mempunyai arti bahwa pengadaan sumber alam mempunyai batas optimum, yang
berarti bahwa batas maksimum maupun minimum sumber alam akan mengurangi daya
kegiatan sistem biologi. Dari sini dapat ditarik suatu arti yang penting, yaitu
karena adanya ukuran optimum pengadaan sumber alam untuk populasi, maka naik turunnya jumlah
individu populasi itu tergantung pada pengadaan sumber alam pada jumlah
tertentu.
ASAS 5:
Pada asas 5 ini ada dua hal penting, pertama jenis sumber alam yang tidak
dapat menimbulkan rangsangan untuk penggunaan lebih lanjut, sedangkan kedua
sumber alam yang dapat menimbulkan rangsangan untuk dapat digunakan lebih
lanjut.
Contoh:
Suatu jenis hewan sedang mencari berbagai sumber makanan. Kemudian
didapatkan suatu jenis tanaman yang melimpah di alam, maka hewan tersebut akan
memusatkan perhatiannya kepada penggunaan jenis makanan tersebut. Dengan
demikian, kenaikan sumberalam (makanan) merangsang kenaikan pendayagunaan.
ASAS 6:
Individu dan spesies yang
mempunyai lebih banyak keturunan daripada saingannya, cenderung berhasil
mengalahkan saingannya
Pengertian:
Asas ini adalah pernyataan teori Darwin dan
Wallace. Pada jasad hidup terdapat
perbedaan sifat keturunan Dalam hal tingkat adaptasi terhadap faktor lingkungan
fisik atau biologi. Kemudian timbul kenaikan kepadatan populasinya sehingga
timbul persaingan. Jasad hidup yang kurang mampu beradaptasi akan kalah dalam
persaingan. Dapat diartikan pula bahwa jasad hidup
yang adaptif akan mampu menghasilkan banyak keturunan daripada yang
non-adaptif.
Pada asas ini
berlaku “seleksi alam”, artinya bagi spesies-spesies yang mampu beradaptasi
baik dengan faktor biotik maupun abiotik, dia akan berhasil daripada yang tidak
dapat menyesuaikan diri. Dapat diartikan pula, spesies yang adaptif akan mampu
menghasilkan keturunan lebih banyak daripada yang non adaptif, Sehingga
individu-individu yang adaptif ini mempunyai kesan lebih banyak merusak
ASAS 7 :
Kemantapan keanekaragaman suatu komunitas
lebihtinggi di alam yang “mudah diramal”.
Pengertian:
“Mudah diramal”: adanya keteraturan yang pasti
pada pola faktor lingkungan pada suatu periode yang relatif . lama. Terdapat fluktuasi turun-naiknya
kondisi lingkungan di semua habitat, tetapi mudah dan sukarnya untuk diramal berbeda dari satu habitat ke
habitat lain. Dengan mengetahui keadaan optimum pada faktor lingkungan bagi kehidupan suatu spesies, maka
perlu diketahui berapa lama keadaan
tersebut dapat bertahan.
Pada asas ini arti
kata “mudah diramal” ialah adanya keteraturan yang pasti pada pola faktor lingkungan
dalam suatu periode yang relatif lama. Adanya fluktuasi turun-naiknya kondisi
lingkungan, besar-kecilnya fluktuasi, dan sukar-mudahnya untuk diramal berbeda
untuk semua habitat. Sehingga diharapkan pada setiap lingkungan adanya
penyebaran spesies yang berbeda-beda kepadatannya. Apabila terjadi perubahan
lingkungan sedemikian rupa, maka akan terjadi perubahan pengurangan individu
yang sedemikian rupa sampai pada batas yang membahayakan individu-individu
spesies tersebut. Lingkungan yang stabil secara fisik merupakan lingkungan yang
mempunyai jumlah spesies yang banyak, dan mereka dapat melakukan penyesuaian
terhadap lingkungannya tersebut (secara evolusi). Sedangkan lingkungan yang
tidak stabil adalah lingkungan yang dihuni oleh spesies yang jumlahnya relatif
sedikit.
ASAS 8 :
Sebuah habitat dapat jenuh atau tidak
oleh keanekaragaman takson, bergantung kepada bagaimana niche dalam lingkungan
hidup itu dapat memisahkan takson tersebut.
Pengertian:
Kelompok taksonomi tertentu dari suatu
jasad hidup ditandai oleh keadaan lingkungannya yang khas (niche), tiap spesies
mempunyai niche tertentu. Spesies dapat hidup berdampingan dengan spesies lain
tanpa persaiangan, karena masing-masing mempunyai keperluan dan fungsi yang
berbeda di alam. Pada asas ini menyatakan bahwa setiap
spesies mempunyai nicia tertentu, sehingga spesies-spesies tersebut dapat
berdampingan satu sama lain tanpa berkompetisi, karena satu sama lain mempunyai
kepentingan dan fungsi yang berbeda di
alam. Tetapi apabila ada kelompok taksonomi yang terdiri atas spesies dengan
cara makan serupa, dan toleran terhadap lingkungan yang bermacam-macam serta
luas, maka jelas bahwa lingkungan tersebut hanya akan ditempati oleh spesies
yang keanekaragamannya kecil.
ASAS 9 :
Keanekaragaman komunitas sebanding
dengan biomassa dibagi produktivitas.
T = K x (B/P) ; D ≈ T
Keterangan:
T = waktu rata-rata penggunaan energi
K = koefisien tetapan
B = biomassa
P = produktivitas
D = keanekaragaman
Pengertian:
Asas
ini mengandung arti, bahwa efisiensi penggunaan aliran energidalam sistem
biologi akan meningkat dengan meningkatnya kompleksitas organisasi sistem
biologi dalam suatu komunitas. Pada
asas ini menurut Morowitz (1968) bahwa adanya hubungan antara biomassa, aliran
energi dan keanekaragaman dalam suatu sistem biologi.
ASAS 10 :
Pada lingkungan yang stabil perbandingan
antara biomasa dengan produktivitas (B/P) dalam perjalanan waktu naik mencapai
sebuah asimtot.
Pengertian:
Sistem biologi menjalani evolusi yang
Mengarah kepada peningkatan efisiensi penggunaan energi dalam lingkungan fisik
yang stabil, dan memungkinkan berkembangnya keaneka-ragaman. Dalam
asas ini dapat disimpulkan bahwa sistem biologi mengalami evolusi yang mengarah
kepada peningkatan efisiensi penggunaan energi dalam lingkungan fisik yang
stabil, yang memungkinkan berkembangnya keanekaragaman. Dengan kata lain kalau
kemungkinan produktivitas maksimum sudah ditetapkan oleh energi matahari yang
masuk kedalam ekosistem, sedangkan keanekaragaman dan biomassa masih dapat
meningkat dalam perjalanan waktu, maka jumlah energi yang tersedia dalam sistem
biologi itu dapat digunakan untuk menyokong biomassa yang lebih besar. Apabila
asas ini benar, maka dapat diharapkan bahwa dalam komunitas yang sudah
berkembang lanjut pada proses suksesi, rasio biomassa produktivitas akan lebih
tinggi bila dibandingkan dengan komunitas yang masih muda. Pada kenyataan di
alam memang demikian, sebab spesies bertambah, dan ditemukan pula tumbuhan
berkayu sehingga diperoleh stratifikasi.
ASAS 11 :
Sistem yang sudah mantap (dewasa) akan
mengekploitasi yang belum mantap (belum dewasa).
Pengertian:
Ekosistem, populasi atau tingkat makanan
yang sudah dewasa memindahkan energi,
biomasa, dan keanekaragaman dari tingkat organisasi yang belum dewasa.
Dengan kata lain, energi, materi, dan keanekaragaman mengalir melalui suatu
kisaran yang menuju ke arah organisasi yang lebih kompleks. (Dari subsistem
yang rendah keanekara-gamannya subsistem yang tinggi keanekaragamannya).
Arti dari asas
ini adalah pada ekosistem, populasi yang sudah dewasa memindahkan energi,
biomassa, dan keanekaragaman tingkat organisasi ke arah yang belum dewasa.
Dengan kata lain, energi, materi dan keanekaragaman mengalir melalui suatu
kisaran yang menuju ke arah organisasi yang lebih kompleks, atau dari subsistem
yang lebih rendah keanekaragamannya ke subsistem yang lebih tinggi
keanekaragamannya
ASAS 12 :
Kesempurnaan adaptasi suatu sifat atau
tabiat bergantung pada kepentingan relatifnya dalam keadaan suatu lingkungan.
Pengertian:
Populasi dalam ekosistem yang belum
mantap, kurang bereaksi terhadap perubahan lingkungan fisikokimia dibandingkan
dengan populasi dalam ekosistem yang sudah mantap. Populasi dalam lingkungan
dengan kemantapan fisiko kimia yang cukup lama, tak perlu berevolusi untuk
meningkatkan kemampuannya beradaptasi dengan keadaan yang tidak stabil.
ASAS 13 :
Lingkungan yang secara fisik mantap
memungkinkan terjadinya penimbunan keanekaragaman biologi dalam ekosistem yang
mantap, yang kemudian dapat menggalakkan kemantapan populasi lebih jauh lagi.
Asas ini merupakan
penjabaran dari asas 7, 9 dan 12. Pada komunitas yang mantap, jumlah jalur
energi yang masuk melalui ekosistem meningkat, sehingga apabila terjadi suatu
goncangan pada salah satu jalur, maka jalur yang lain akan mengambil alih,
dengan demikian komunitas masih tetap terjaga kemantapannya. Apabila kemantapan
lingkungan fisik merupakan suatu syarat bagi keanekaragaman biologi, maka kemantapan
faktor fisik itu akan mendukung kemantapan populasi dalam ekosistem yang mantap
dan komunitas yang mantap mempunyai umpan-balik yang sangat kompleks. Disini
ada hubungan antara kemantapan ekosistem dengan efisiensi penggunaan
energi.
ASAS 14 :
Derajat pola keteraturan naik-turunnya
populasi tergantung pada jumlah keturunan dalam sejarah populasi sebelumnya
yang nanti akan mempengaruhi populasi
itu.
Asas ini merupakan
kebalikan dari asas ke 13, tidak adanya keanekaragaman yang tinggi pada rantai
makanan dalam ekosistem yang belum mantap, menimbulkan derajat ketidakstabilan
populasi yang tinggi.
KESIMPULAN
Pada pembahasan diatas mengarah pada
penanganan pada sumbernya untuk mencegah atau meminimalkan limbah yang
dihasilkan oleh pabrik. Strategi pencegahan pencemaran dengan memfokuskan pada
perbaikan sistem proses ini memberikan kinerja lingkungan yang lebih baik dan
lebih ekonomis. Dalam mengembangkan
suatu sistem produksi yang dapat menghemat penggunaan bahan baku dan energi
dari alam. Sistem industri yang dapat dikembangkan untuk mengatasi masalah
lingkungan adalah ekologi industri. Pada ekologi industri tidak hanya membahas
tentang masalah polusi dan lingkungan tetapi juga mempertimbangkan
kesinambungan industri serta aspek ekonomi tetap diutamakan. Ekologi industri
merupakan suatu sistem industri yang terpadu diantara industri-industri yang
ada di dalamnya dan saling bersimbiosis secara mutualisme. Ilmu lingkungan
sangat berpengaruh dalam perkembangan ekologi industri, dengan adanya ilmu
lingkungan serta asas pengetahuan lingkungan pembuatan pabrik dan dampak yang
akan ditimbulkan bisa diminimalisir dan tidak berpengaruh terhadap lingkungan.
Sumber:
http://marno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/EKOLOGI-DAN-ILMU-LINGKUNGAN.doc
http://jurnal.sttn-batan.ac.id/wp-content/uploads/2008/06/28-deni-hal-291-299.pdf
http://repository.ung.ac.id/get/karyailmiah/321/EKOLOGI-dan-LINGKUNGAN-HIDUP.pdf
No comments:
Post a Comment