PT. Antako
Wisena
PT.
Antako Wisena berdiri sejak tahun 1998, adalah perusahaan
perdagangan produk-produk pendukung pertanian seperti: Benih/bibit, LCC Seed,
Pupuk, Pestisida, Polybag, Karung Plastik, Terpal Plastik, Plastik Okulasi,
Mangkok Sadap, Pisau Sadap, Talang sadap, Bak pembeku latex, Asap Cair Deorub,
Pisau Okulasi, Galah Sluminium/Silver pole, Egrek Manual, Egrek Mesin
(CANTAS), Dodos manual, Dodos Mesin (CKAT), Kapak, Gancu,Tojok, Gerobak Sorong
(Wheel Barrow), Alat Peralatan/Mesin Pertanian, Knapsack Sprayer, Fogging Machine,
Mist Blower dan Power Sprayer dan agroinput peternakan, perikanan, perkebunan
serta kehutanan.
Visi Perusahaan
Menjadi Partner Terbaik Petani Mencapai Kesejahteraan yang Berkesinambungan
Menjadi Partner Terbaik Petani Mencapai Kesejahteraan yang Berkesinambungan
Misi Perusahaan
1. Memberikan Solusi Terbaik Penyediaan Sarana Agro
Input Pertanian, Peternakan, Perikanan, Perkebunan dan Kehutanan
2. Bekerja sama dengan pihak terkait untuk menerapkan
sistim budidaya komoditas berproduksi tinggi dan berkelanjutan serta ramah
lingkungan.
3. Meningkatkan penggunaan produk organik dan hayati
sebagai agro input utama dalam sistim budidaya di masyarakat pertanian
Indonesia
Sejak pertama didirikan, PT. Antako Wisena
bergerak dalam pendistribusian pestisida. Sejalan dengan berkembangnya
industri perkebunan kelapa sawit dan karet, manajemen perusahaan juga
memperluas lini produknya dan mulai memasarkan alat peralatan sadap karet dan
alat peralatan panen sawit.
Cara pengolahan karet:
PENGOLAHAN BAHAN
OLAHAN KARET RAKYAT (BOKAR)
Mutu bahan olah karet rakyat (bokar) sangat
menentukan daya saing karet alam Indonesia dipasar International. Dengan
mutu bokar yang baik akan terjamin permintaan pasar jangkan panjang. Mutu
bokar yang baik dicerminkan oleh Kadar Kering Karet (KKK) dan
tingkat kebersihan yang tinggi. Upaya perbaikan mutu bokar harus dimulai
sejak penanganan lateks di kebun sampai dengan tahap pengolahan akhir.
A.
Penanganan
Lateks Kebun
Lateks kebun yang bermutu baik merup
akan syarat utama untuk mendapatkan hasil bokar yang baik. Penurunan mutu
dipengaruhi oleh aktivitas organisme yang akan menjadi masalah
dalam proses pengolahan sit asap atau sit angina dan krep (crepe), lateks
pekat. Penurunan mutu biasanya disebabkan akt ivitas enzim, iklim,
budidaya tanaman / jenis klon, pengangkutan, serta kontaminasi kotoran
dari luar. Untuk mencegah hal itu perlu diperhatikan hal – hal sebagai
berikut :
1. alat – alat penyadapan dan pengangkutan
harus senantiasa bersih dan tahan karat.
2. lateks harus segera diangkat ketempat
pengolahan tanpa banyak goncangan
3. lateks tidak boleh terkena matahari
langsung.
4. atau dengan menambahkan amonia (NH3)
atau natrium sultit (Na2SO3) dengan dosis 5ml – 10 ml /liter lateks.
Efek samping penggunaan am onia lateks mudah menguap sehingga
jika dibiarkan ditempat terbuka akan cepat menurun kadarnya
dalam proses penggumpalan diperlukan asam format(semut) lebih banyak.
B.
Jenis
Bahan Olah Karet Rakyat
Dalam rangka perbaikan mutu bokar,
pemerintah telah menetapkan SNI – Bokar No.06 – 2047 – 2002 tanggal 17
oktober 20 dengan kriteria nilai KKK, kebersihan, ketebalan, dan jenis
bahan bekuan. Bokar yang bermu tu tinggi harus memenuhi
beberapa persyaratan teknis yaitu :
1. Tidak ditambahkan bahan – bahan Non
karet
2. Dibekukan dengan asam format/semut atau
bahan lain yang dianjurkan dengan dosis yang tepat
3. Segera digiling dalam keadaan segar
4. Disimpan ditem pat yang teduh dan
terlindung
5. Tidak direndam dalam air
Bahan olah karet rakyat :
1. Lum Mangkuk: lateks kebun yang
dibiarkan membeku secara alamiah dalam mangkuk, pada musim penghujan
untuk mempercepat proses pembekuan lateks ditambahkan
asam format/semut atau bahan lainnya.
2. Lum Bambu: sistem pembekuan lateks
dengan menggunakan tabung bambu dengan penambahan asam format/semut
atau bahan lainnya
3. Sleb/Lum Deurob ( Asap Cair ): lateks
ditambahkan pembeku Deorub dengan perbandingan 1 0 : 1, pembeku deorub
telah ditemukan oleh balai penelitian sembawa yang berfungsi
sebagai pembeku lateks , mencegah, dan menutup bau busuk pada bekuan,
mempertahankan nilai Po & PRI, memberikan aroma asap yang khas serta
bewarna cokelat.
4. Sleb Tipis da n Sleb Giling: Bahan olah
karet rakyat pada umumnya dalam bentuk Sleb tipis dan giling cara
pembuatan yangumum dilakukan adalah dengan mencampurkan lateks dengan lum
mangkok kemudian dibekukan dengan asam format/semut didalam bak pembeku
yang berukuran 6 0cm x 40 cm x 6 cm tanpa perlakuan penggilingan, bahan
olahan ini lebih disukai karena mutu yang dihasilkan seragam dengan Kadar
Karet Kering (KKK) sekitar 50%, tidak ada resiko penurunan mutu serta muda
didalampengangkutan.
5. Blanket: Sleb tipis dapat diolah
menjadi blanket melalui penggilingan dengan mesin mini Creper, proses
penggilingan dilakukan sebanyak 4 – 6 kali sambil disemprot air
untuk menghilangkan kotoran yang terdapat didalam sleb,
Blanket mempunyai Ketebalan sekitar 0,6cm – 1cm, dengan KKK se
kitar 65%-75%.
6. Sit Angin (Unsmoked sheet/USS): lembaran karet
hasil bekuan lateks yang digiling dan dikering anginkan sehingga memiliki
KKK 90–95 % proses pembuatn sit angin terdiri dari penerimaan dan
penyaringan lateks, pengenceran, pembekuan, pemeraman, penggilingan,
pencucian, penirisan, dan pengiringan.
7. Sit Asap (Ribbed Smoked Sheet/RSS):
Proses pengolahan Sit Asap dengan pembeku asam format/semut hamper sama
dengansit angin, bedanya terletak pada proses pengeringan, yait u pada sit
asap dilakukan pengasapan pada suhu yang bertahap antara 40 derajat–60
derajat celcius selama 4 hari. Klasifikasi Sit Asap menjadi RSS 1, RSS 2,
RSS 3, dan cutting dilakukan setelah proses pengeringan, keuntungan yang
diperoleh RSS dapat langs ung diekspor atau sebagai bahan baku industri
barang jadi karet, mutu produk seragam dan konsisten, harga paling
tinggi dibandingkan jenis bokar yang lain.
8. Lateks Pekat: lateks kebun
yang dipekatkan dengan cara pusingan atau didadih kan dari KKK 28% 30%
menjadi KKK 60% - 64%, pengolahan lateks pekat melalui beberapa tahap
yaitu penerimaan dan penyaringan lat eks kebun,pembuatan larutan.
Masalah dan solusi
dari industri karet alam:
Teknologi Asap
Cair “Deorub” dalam Industri Karet Alam
Masalah utama yang terjadi dalam pengolahan karet
(bokar) jenis SIR 20 adalah mutu bokar yang rendah dan bau busuk
yang menyengat sejak dari kebun. Mutu bokar yang rendah ini disebabkan
petani menggunakan bahan pembeku lateks (getah karet) yang tidak dianjurkan
dan merendam bokar di dalam kolam/sungai selama 7 – 14 hari. Hal ini akan
memacu berkembangnya bakteri perusak antioksidan alami di
dalam bokar, sehingga nilai plastisitas awal (Po) dan plastisita s
setelah dipanaskan selama 30 menit pada suhu 140 °C (PRI)
menjadi rendah. Bau busuk menyengat terjadi juga disebabkan
oleh pertumbuhan bakteri pembusuk yang melakukan biodegradasi protein
di dalam bokar menjadi amonia dan sulfida. Kedua hal tersebut terj adi
karena bahan pembeku lateks yang digunakan saat ini tidak dapat mencegah
pertumbuhan bakteri. Kemudian bau busuk tersebut dibawa terus sampai ke
pabrik karet remah dan di pabrik yang menjadi sumber bau busuk tersebut
adalah berasal dari tempat penyimpa nan bokar, kamar gantung angin
(pre – drying room), dan mesin pengering (dryer). Masalah bau
busuk yang mencemari udara di sekitar pabrik karet remah ini sampai saat
ini sangat sulit diatasi walaupun semua pabrik sudah menggunakan
scrubber (cerobong asap), padahal di sekeliling pabrik sudah menjadi
kawasan perumahan. Pada akhirnya bau busuk ini menimbulkan keluhan –
keluhan masyarakat di sekeliling pabrik bahkan yang jauh dari pabrik (bau
terbawa oleh angin).
Untuk mengatasi permasalahan dalam pengolahan karct
r emah khususnya bau busuk, Balai Penelitian Sembawa -
Pusat Penelitian Karet sejak tahun 1999 s/d sekarang, telah
melakukan penelitian penggunaan asap cair
sebagai penghilang/penetral/pengurang bau dan sebagai bahan
pembeku lateks, dengan dana dari rutin, A PBN, kerjasama dengan pihak swasta
dan tahun 2005 – 2006 dibiayai oleh Riset Unggulan Kemitraan dari
Kementerian Negara Riset dan Teknologi untuk pengembangan industrinya.
Penelitian asap cair dari tahun 1999 s/d 2001,
menghasilkan bahwa penyemprotan asap ca ir di atas bokar dapat menghilangkan/menetralkan
bau busuknya dan asap cair dapat membekukan lateks (getah karet) dengan
sempurna dengan nilai plastisitas tinggi, dan sifat flsik vulkanisat
setara atau bahkan lebih baik dibandingkan dengan karet yang dihasilkan
dengan pembeku asam format (semut). Asap cair dapat mengatasi
bau busuk dari karet yang selama ini belum pernah dapat
diatasi, karena mengandung 67 jenis senyawa yang dapat
berfungsi mencegah dan mematikan pertumbuhan bakteri ( y a n g
berperan dalam timb ulnya bau busuk) dan senyawa – senyawa yang
mudah menguap serta berbau spesifik asap.
Dari hasil penelitian ini, kemudian dilakukan
kerjasama dengan PT Badja Baru (pabrik karet remah) untuk melakukan
percobaan dalam skala pabrik dengan menggunakan lateks dar i Kebun Percobaan
Balai Penelitian Sembawa. Hasil percobaan sebanyak 125 ton karet kering
dengan menggunakan asap cair sebagai pembeku lateks, telah dikirim ke
Michellin (SMPT) untuk pengujian di pabrik ban mereka. Kesimpulannya
adalah mutu karetnya baik, dapat diterima, dan ramah lingkungan (tidak
bau). Selanjutnya dari tahun 2000 - 2002, dirancang alat
pirolisis untuk memproduksi asap cair dari bahan baku cangkang
(tempurung) kelapa sawit, dimulai dari kapasitas reaktor 10 kg, menjadi 40
kg, kemudian 100 kg, ditingkatkan menjadi 1000 kg dan terakhir
saat ini sebanyak 2000 kg cangkang sawit untuk sekali proses selama 8
jam. Reaktor pirolisis tersebut dirancang sendiri di dalam negeri karena
tidak ada acuan di negara manapun, walaupun melalui internet. Setel ah
mendapat bentuk reaktor pirolisis, maka dibangun pabrik asap cair oleh PT
Global Deorub Industry, dengan merk dagang “Deorub”.
Pabrik asap cair “Deorub” ini merupakan pabrik
asap cair pertama di Indonesia dan bahkan di dunia. Pabrik
ini menggunakanbahan baku dari limbah cangkang
(tempurung) kelapa sawit dan diaplikasikan untuk industri karet.
Deorub dihasilkan melalui proses Cl ean Technol ogy Pr
ocess (CTP) dan Clean Development Mechanism (CDM) yaitu
dengan menggunakan limbah cangkang (tempurung) sawit, yan g
diproses secara pirolisis dengan menggunakan suhu 300 -400
°C selama ± 8 jam dalam reaktor terturup, kemudian asap
yang terjadi didinginkan dengan air sampai terjadi cairan
berwarna coklat, tanpa penambahan bahan kimia sedikitpun.
Dalam pengolahan Deoru b ini, tidak ada limbah yang dihasilkan (zero waste)
karena air yang digunakan untuk pendinginan disirkulasikan kembali dan
produk samping berupa arang dan tar dapat dimanfaatkan untuk arang aktif
dan pengawet kayu. Pabrik asap cair ini banyak dibantu oleh
Kementerian Negara Riset dan Teknologi dengan dana dari Riset
Unggulan Kemitraan (RUK) tahun 2005 dan 2006 ini untuk melakukan
penelitian yang berjudul: “Optimasi produksi asap cair yang ramah lingkungan sebagai
koagulan lateks, penanganan limbah bau dan c air dalam pengolahan karet
remah dan sit asap”.
Hasil
dari RUK tahun 2005
1. Proses
optimum pirolisis pada suhu proses 398 °C, selama 628 menit dengan kadar
air cangkang sawit 17,12%, dan setelah 8 jam proses dari 2000 kg cangkang
sawit akan dihasilkan asap cair, tar dan arang masing -masing
sebanyak 810 liter, 90 kg dan 850 kg dengan kadar fenol maksimum 14,5
% (senayawa fenol disini dalam bentuk lerikat dengan senyawa lain)
2.
Diperoleh
formula asap cair yang dapat digunakan oleh petani sebagai bahan pem beku
yang efeklif dan dapat mencegah bau. Formula yang diberi nama
Deorub K ini telah dipakai sebagai pembeku lateks petani dalam program
karet bersih dan ramah lingkungan oleh Gubernur Sumatera Selatan (Sum
– Sel). Pada tahun 2005 yang lalu, Gubernur Sum – Se l melalui Dinas
Perkebunan Propinsi telah memberikan bantuan sebesar 160 ton Deorub K
yang dibagikan secara gratis kepada 16000 petani karet di 6 (enam)
Kabupaten di Sum – Sel, dan pada tahun 2006 ini direncanakan akan
diberikan bantuan sebanyak 53 ton untuk 5300 orang petani di 4 (empat)
Kabupaten yang lain.
3.
Asap
cair sebagai penghilang bau telah dipakai oleh hampir semua pabrik karet
remah di Palembang meskipun dalam aplikasinya berbeda – beda
konsentrasinya, sesuai dengan kondisi pada masing – masing pabrik..
Kemudian untuk program RUK tahun 2006 ini,
direncanakan akan dihasilkan:
1. formula asap cair Deorub S untuk
pengolahan sit asap/RSS tanpa pembakaran kayu karet di PT
Perkebunan Nusantara dan Swasta
2. formula asap cair Deorub CV
untuk pengolahan karet vi skositas mantap dalam bentuk karet
remah atau RSS Terobosan yang diperoleh dengan penggunaan
asap cair ”Deorub” dalam industri karet adalah untuk industri
karet remah: waktu pengeringan awal yang lebih cepat dan tidak
terjadi bau sejak dari kebun sampai ke pabrik karet remah dan bahkan sampai
di pabrik ban, dan untuk industri karet sit asap/RSS (Ribbed Smoked
Sheet) adalah waktu pengolahan jauh lebih cepat yaitu dari 6 hari (secara
konvensional) menjadi dari 2 hari (dengan Deorub) dan tidak ada pembak
aran kayu karet lagi untuk pengawetan dan pengeringan sit. Dampak
terhadap lingkungan dengan tidak ada pembakaran kayu karet lagi,
maka akan dicegah pencemaran udara oleh COa di Duma sebanyak 46 % x 6
juta m 3 (produksi RSS di Dunia ±1,5 juta ton, setiap to n
RSS memerlukan kayu bakar sebanyak ± 4 m 3, dan setiap kg kayu
karet dibakar menghasilkan CO 2 sebanyak 46 %). Serta kayunya
dapat dijual di pabrik papan lapis atau dibuat perkakas rumah tangga.
Pemilihan cangkang sawit sebagai bahan
baku dalam industri as ap cair “Deorub” adalah tersedia dalam jumlah yang
sangat banyak ( ± 7 % dari tandan buah segar/TBS) dan sebagian
besar (60 - 70 %) masih dibuang atau dibakar di kebun.
Sebagai contoh di Sumatera Selatan dengan jumlah pabrik sawit mentah
(CPO) sebanyak 40 buah akan menghasilkan cangkang sawit
sebanyak 1100 ton per hari.
Potensi pasar asap cair “Deorub” untuk
industri karet saja sangat besar, misalkan untuk industri karet di dalam
negeri dengan produksi 2,27 juta ton per tahun, jika dihitung hanya 25 %
saja yang mengguffakan asap cair “Deorub”, maka akan
diperlukan sebanyak 25/100 x 30 ml/kg karet kering x 2,27 x
106 x 1000 = 17025 ton per tahun. Untuk luar negeri, misalkan
Thailand saat ini memproduksi RSS sebanyak 1,1 juta ton, jika dihitung
hanya 25 % meng gunakan asap cair “Deorub”, untuk setiap kg karet
kering RSS memerlukan sebanyak 75 ml, maka akan dibutuhkan sebanyak
25/100 x 1,1 x 106 x 75 ml x 1000 = 20625 ton per tahun. Total kebutuhan
asap cair “Deorub” adalah 37650 ton per tahun. Padahal saat ini p roduksi
asap can: “Deorub” hanya sekitar 250 ton per bulan atau 3000 ton per
tahun, jadi baru terpenuhi 8 % saja dari total kebutuhan untuk hanya
seperempat industri karet.
Hasil penelitian dan pengujian dari
Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Has il Hutan Bogor menunjukan
bahwa mutu asap cair “Deorub” dengan sekali putaran
distilasi (redistilasi) akan menghasilkan mutu yang setara
dengan wood vinegar kualitas baik, bila mengacu pada spesifikasi J
a p a n Wo o d Vinegar Association. Jadi terdapat
kemungkina n Deorub dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk industri
yang lain seperti: pupuk organik alami, pestisida dan herbisida alami,
deodorizer, antiseptik (penyakit kulit), kosmetik, farmasi/obat – obatan,
dan lain – lain. Selain itu, Badan Pengawasan Obat da n Makanan
menjelaskan bahwa asap cair dapat menggantikan formalin.
Diperkirakan dibutuhkan formalin sebanyak 500 – 1000 ton per bulan untuk pengawetan
bahan pangan tersebut. Jadi terdapat potensi yang sangat besar untuk
pemanfaatan asap cair sebagai pengawet bahan makanan yang tidak berbahaya
bagi kesehatan manusia dengan harga yang lebih murah dan ramah lingkungan.
Jadi asap cair “Deorub” dapat menjadi lokomotif bagi
industri lainnya karena mempunyai kegunaan yang luas
untuk dikembangkan menjadi bahan – bahan: pengawet pangan,
alternatif pengganti BBM, pupuk organik alami, pestisida dan
herbisida alami, deodorizer (parfum), antiseptik, kosmetik, farmasi/obat
-obatan, dan lain – lain.
KESIMPULAN:
Berdasarkan
mata kuliah Pengetahuan Lingkungan dari masalah yang terdapat pada PT. Antako Wisena dalam pengolahan bahan olah
karet rakyat (BOKAR) yaitu mutu bokar yang rendah dan bau busuk
yang menyengat sejak dari kebun. Mutu bokar yang rendah ini disebabkan
petani menggunakan bahan pembeku lateks (getah karet) yang tidak dianjurkan
dan merendam bokar di dalam kolam/sungai selama 7 – 14 hari. Hal ini akan
memacu berkembangnya bakteri perusak antioksidan alami di dalam bokar.
Bau busuk menyengat terjadi juga disebabkan oleh pertumbuhan bakteri
pembusuk yang melakukan biodegradasi protein di dalam bokar menjadi amonia
dan sulfida. Masalah bau busuk yang mencemari udara di sekitar pabrik
karet remah ini sampai saat ini sangat sulit diatasi walaupun semua pabrik
sudah menggunakan scrubber (cerobong asap), padahal di
sekeliling pabrik sudah menjadi kawasan perumahan. Pada akhirnya
bau busuk ini menimbulkan keluhan – keluhan masyarakat di
sekeliling pabrik bahkan yang jauh dari pabrik (bau terbawa oleh angin).
Untuk mengatasi permasalahan dalam
pengolahan karct remah khususnya bau busuk, Balai Penelitian Sembawa
- Pusat Penelitian Karet sejak tahun 1999 s/d sekarang, telah
melakukan penelitian penggunaan asap cair
sebagai penghilang/penetral/pengurang bau dan sebagai bahan
pembeku lateks, dengan dana dari rutin, A PBN, kerjasama dengan pihak swasta
dan tahun 2005 – 2006 dibiayai oleh Riset Unggulan Kemitraan dari
Kementerian Negara Riset dan Teknologi untuk pengembangan industrinya.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan
lingkungan sangatlah penting untuk diketahui oleh masyarakat khususnya untuk
perusahaan yang bergerak dibidang apapun, seperti contohnya perusahaan yang
bergerak dibidang pertanian. Pengetahuan lingkungan dapat mengatasi terjadinya
masalah utama seperti pencemaran air, udara, tanah maupun suara. Semua industri pasti mempunyai persoalan
dengan limbah. Semakin tinggi sebuah sistem produksi berjalan, semakin banyak
pula limbah yang dihasilkan. Mengatasi persoalan limbah bukanlah perkara
gampang, apalagi cara menangani limbah cair produksi. Limbah cair merupakan
bahan yang berbahaya bagi lingkungan hidup maupun manusia. Oleh karena itu
sebaiknya harus dicarikan cara menangani limbah cair agar tak
menambah masalah lingkungan maupun konflik dengan masyarakat yang tinggal
disekitar pabrik. Solusinya dari beberapa sumber yang ada terdapat dua cara,
yaitu:
1.
Membuat IPAL
Pilihan
pertama cara menangani limbah cair adalah membangun instalasi penjernihan air
limbah atau yang lebih populer disingkat IPAL. Lokasi IPAL berada tidak jauh
dari pabrik. IPAL terdiri dari beberapa kolam yang berfungsi menjernihkan air
limbah yang tadi kotor menjadi air bersih (sudah tak mengandung bahan kimia
berbahaya). Untuk mengetahui apakah air yang sudah disaring benar-benar bersih
dari racun, terlebih dahulu wajib melewati uji laboratorium. Uji laboratorium
itu dilakukan secara periodik agar kualitas air hasil pengolahan IPAL bisa
dijaga.
2.
Memakai bahan ramah
lingkungan
Pilihan kedua adalah menggunakan bahan-bahan cair
yang ramah lingkungan. Misalkan untuk usaha pembuatan batik bisa menggantikan
zat pewarna kimia dengan pewarna alami. Demikian juga dengan bahan-bahan lain
sebaiknya dicarikan solusi lain yang lebih ramah lingkungan, dan limbahnya pun
lebih gampang dinetralisir.
Hal
yang pasti membuat masyarakat sering bertanya-tanya adalah kenapa masih begitu
banyak perindustrian yang tidak bertanggung jawab terhadap limbah yang
dihasilkan. Padahal sebelum membentuk sebuah perindustrian harus memiliki izin
terlebih dahulu. Pencegahan pencemaran dari kawasan industri diatur dlm
UU, seperti terlihat dalam Pasal 20 UUPLH disebutkan:
1. Tanpa suatu
keputusan izin, setiap orang dilarang melakukan pembuangan limbah ke media
lingkungan hidup.
2. Setiap orang
dilarang membuang limbah yang berasal dari luar wilayah Indonesia ke media
lingkungan hidup Indonesia.
3. Kewenangan
menerbitkan atau menolak permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berada pada Menteri.
4. Pembuangan
limbah ke media lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat
dilakukan di lokasi pembuangan yang ditetapkan oleh Menteri.
5. Ketentuan
pelaksanaan pasal ini diatur lebih lanjut dengan peraturan perundang-undangan.
Maka dari itu diharapkan agar setiap perindustrian bertanggung jawab akan
limbah yang dihasilkan, sehingga tercipta keseimbangan ekosistem yang ada
dilingkungan tempat berproduksinya industri tersebut.
Sumber:
http://www.antakowisena.com
http://emiliyawatitampu.blogspot.co.id/2013/04/pengetahuan-lingkungan-di-industri.html
Apabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan konsultasi kepada Anda mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.
ReplyDeleteSalam,
(Tommy.k)
WA:081310849918
Email: Tommy.transcal@gmail.com
Management
OUR SERVICE
Boiler Chemical Cleaning
Cooling tower Chemical Cleaning
Chiller Chemical Cleaning
AHU, Condensor Chemical Cleaning
Chemical Maintenance
Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
Degreaser & Floor Cleaner Plant
Oli industri
Rust remover
Oli Grease
Casino in Maryland - DrmCD
ReplyDeleteThe casino 문경 출장마사지 at Hanover is 춘천 출장샵 just one step away. This casino offers a great 울산광역 출장안마 selection of games including blackjack, 태백 출장안마 roulette, craps, 동해 출장안마 keno, slots, video poker,