Thursday, June 30, 2016

Industri Karet Alam


PT. Antako Wisena

PT. Antako Wisena berdiri sejak tahun 1998, adalah perusahaan perdagangan produk-produk pendukung pertanian seperti: Benih/bibit, LCC Seed, Pupuk, Pestisida, Polybag, Karung Plastik, Terpal Plastik, Plastik Okulasi, Mangkok Sadap, Pisau Sadap, Talang sadap, Bak pembeku latex, Asap Cair Deorub,  Pisau Okulasi, Galah Sluminium/Silver pole, Egrek Manual, Egrek Mesin (CANTAS), Dodos manual, Dodos Mesin (CKAT), Kapak, Gancu,Tojok, Gerobak Sorong (Wheel Barrow), Alat Peralatan/Mesin Pertanian, Knapsack Sprayer, Fogging Machine, Mist Blower dan Power Sprayer dan agroinput peternakan, perikanan, perkebunan serta kehutanan.
 
Visi Perusahaan
Menjadi Partner Terbaik Petani Mencapai Kesejahteraan yang Berkesinambungan

Misi Perusahaan
1. Memberikan Solusi Terbaik Penyediaan Sarana Agro Input Pertanian, Peternakan, Perikanan, Perkebunan dan Kehutanan
2. Bekerja sama dengan pihak terkait untuk menerapkan sistim budidaya komoditas berproduksi tinggi dan berkelanjutan serta ramah lingkungan.
3.  Meningkatkan penggunaan produk organik dan hayati sebagai agro input utama dalam sistim budidaya di masyarakat pertanian Indonesia

Sejak pertama didirikan,  PT. Antako Wisena bergerak dalam pendistribusian pestisida.  Sejalan dengan berkembangnya industri perkebunan kelapa sawit dan karet, manajemen perusahaan juga memperluas lini produknya dan mulai memasarkan alat peralatan sadap karet dan alat peralatan panen sawit.




Cara pengolahan karet:


PENGOLAHAN BAHAN OLAHAN KARET RAKYAT (BOKAR)
Mutu bahan olah karet rakyat (bokar) sangat menentukan daya saing karet alam Indonesia dipasar International. Dengan mutu bokar yang baik akan terjamin permintaan pasar jangkan panjang. Mutu bokar yang baik   dicerminkan oleh Kadar Kering Karet (KKK) dan tingkat kebersihan yang tinggi. Upaya perbaikan mutu bokar harus dimulai sejak penanganan lateks di kebun sampai dengan tahap pengolahan akhir.
A.           Penanganan Lateks Kebun
Lateks kebun yang bermutu baik merup akan syarat utama untuk mendapatkan hasil bokar yang baik. Penurunan mutu dipengaruhi oleh aktivitas organisme yang akan menjadi masalah dalam proses pengolahan sit asap atau sit angina dan krep (crepe), lateks pekat. Penurunan mutu biasanya disebabkan akt ivitas enzim, iklim, budidaya tanaman / jenis klon, pengangkutan, serta kontaminasi kotoran dari luar. Untuk mencegah hal itu perlu diperhatikan hal – hal sebagai berikut :
1.    alat – alat penyadapan dan pengangkutan harus senantiasa bersih dan tahan karat.
2.    lateks harus segera diangkat ketempat pengolahan tanpa banyak goncangan
3.    lateks tidak boleh terkena matahari langsung.
4.    atau dengan menambahkan amonia (NH3) atau natrium sultit (Na2SO3) dengan dosis 5ml  – 10 ml /liter lateks. Efek samping penggunaan am onia lateks mudah menguap sehingga jika dibiarkan ditempat terbuka akan cepat menurun kadarnya dalam proses penggumpalan diperlukan asam format(semut) lebih banyak.

B.           Jenis Bahan Olah Karet Rakyat
Dalam rangka perbaikan mutu bokar, pemerintah telah menetapkan SNI – Bokar No.06 – 2047 – 2002 tanggal 17 oktober 20 dengan kriteria nilai KKK, kebersihan, ketebalan, dan jenis bahan bekuan. Bokar yang bermu tu tinggi harus memenuhi beberapa persyaratan teknis yaitu :
1.    Tidak ditambahkan bahan – bahan Non karet
2.    Dibekukan dengan asam format/semut atau bahan lain yang dianjurkan dengan dosis yang tepat
3.    Segera digiling dalam keadaan segar
4.    Disimpan ditem pat yang teduh dan terlindung
5.    Tidak direndam dalam air

Bahan olah karet rakyat :
1.    Lum Mangkuk: lateks kebun yang dibiarkan membeku secara alamiah dalam mangkuk, pada musim penghujan untuk mempercepat proses pembekuan lateks ditambahkan asam format/semut atau bahan lainnya.
2.  Lum Bambu: sistem pembekuan lateks dengan menggunakan tabung bambu dengan penambahan asam format/semut atau bahan lainnya
3. Sleb/Lum Deurob ( Asap Cair ): lateks ditambahkan pembeku Deorub dengan perbandingan 1 0 : 1, pembeku deorub telah ditemukan oleh balai penelitian sembawa yang berfungsi sebagai pembeku lateks , mencegah, dan menutup bau busuk pada bekuan, mempertahankan nilai Po & PRI, memberikan aroma asap yang khas serta bewarna cokelat.
4.    Sleb Tipis da n Sleb Giling: Bahan olah karet rakyat pada umumnya dalam bentuk Sleb tipis dan giling cara pembuatan yangumum dilakukan adalah dengan mencampurkan lateks dengan lum mangkok kemudian dibekukan dengan asam format/semut didalam bak pembeku yang berukuran 6 0cm x 40 cm x 6 cm tanpa perlakuan penggilingan, bahan olahan ini lebih disukai karena mutu yang dihasilkan seragam dengan Kadar Karet Kering (KKK) sekitar 50%, tidak ada resiko penurunan mutu serta muda didalampengangkutan.
5.   Blanket: Sleb tipis dapat   diolah menjadi blanket melalui penggilingan dengan mesin mini Creper, proses penggilingan dilakukan sebanyak 4 – 6 kali sambil disemprot air untuk menghilangkan kotoran yang terdapat didalam sleb, Blanket mempunyai Ketebalan sekitar 0,6cm – 1cm, dengan KKK se kitar 65%-75%.
6.    Sit Angin (Unsmoked sheet/USS): lembaran karet hasil bekuan lateks yang digiling dan dikering anginkan sehingga memiliki KKK 90–95 % proses pembuatn sit angin terdiri dari penerimaan dan penyaringan lateks, pengenceran, pembekuan, pemeraman, penggilingan, pencucian, penirisan, dan pengiringan.
7.    Sit Asap (Ribbed Smoked Sheet/RSS): Proses pengolahan Sit Asap dengan pembeku asam format/semut hamper sama dengansit angin, bedanya terletak pada proses pengeringan, yait u pada sit asap dilakukan pengasapan pada suhu yang bertahap antara 40 derajat–60 derajat celcius selama 4 hari. Klasifikasi Sit Asap menjadi RSS 1, RSS 2, RSS 3, dan cutting dilakukan setelah proses pengeringan, keuntungan yang diperoleh RSS dapat langs ung diekspor atau sebagai bahan baku industri barang jadi karet, mutu produk seragam dan konsisten, harga paling tinggi dibandingkan jenis bokar yang lain.
8.    Lateks Pekat: lateks kebun yang dipekatkan dengan cara pusingan atau didadih kan dari KKK 28% 30% menjadi KKK 60% - 64%, pengolahan lateks pekat melalui beberapa tahap yaitu penerimaan dan penyaringan lat eks kebun,pembuatan larutan.


Masalah dan solusi dari industri karet alam:

Teknologi Asap Cair “Deorub” dalam Industri Karet Alam

Masalah utama yang terjadi dalam pengolahan karet (bokar) jenis SIR 20 adalah mutu bokar yang rendah dan bau busuk yang menyengat sejak dari kebun. Mutu bokar yang rendah ini disebabkan petani menggunakan bahan pembeku lateks (getah karet) yang tidak dianjurkan dan merendam bokar di dalam kolam/sungai selama 7 – 14 hari. Hal ini akan memacu berkembangnya bakteri perusak antioksidan alami di dalam bokar, sehingga nilai plastisitas awal (Po) dan plastisita s setelah dipanaskan selama 30 menit pada suhu 140 °C (PRI) menjadi rendah. Bau busuk menyengat terjadi juga disebabkan oleh pertumbuhan bakteri pembusuk yang melakukan biodegradasi protein di dalam bokar menjadi amonia dan sulfida. Kedua hal tersebut terj adi karena bahan pembeku lateks yang digunakan saat ini tidak dapat mencegah pertumbuhan bakteri. Kemudian bau busuk tersebut dibawa terus sampai ke pabrik karet remah dan di pabrik yang menjadi sumber bau busuk tersebut adalah berasal dari tempat penyimpa nan bokar, kamar gantung angin   (pre – drying room), dan mesin pengering   (dryer).  Masalah bau busuk yang mencemari udara di sekitar pabrik karet remah ini sampai saat ini sangat sulit diatasi walaupun semua pabrik sudah menggunakan   scrubber (cerobong asap), padahal di sekeliling pabrik sudah menjadi kawasan perumahan. Pada akhirnya bau busuk ini menimbulkan keluhan – keluhan masyarakat di sekeliling pabrik bahkan yang jauh dari pabrik (bau terbawa oleh angin).
Untuk mengatasi permasalahan dalam pengolahan karct r emah khususnya bau busuk, Balai Penelitian Sembawa  -   Pusat Penelitian Karet sejak tahun 1999 s/d sekarang, telah melakukan penelitian penggunaan asap cair sebagai penghilang/penetral/pengurang bau dan sebagai bahan pembeku lateks, dengan dana dari rutin, A PBN, kerjasama dengan pihak swasta dan tahun 2005 – 2006 dibiayai oleh Riset Unggulan Kemitraan dari Kementerian Negara Riset dan Teknologi untuk pengembangan industrinya.
Penelitian asap cair dari tahun 1999 s/d 2001, menghasilkan bahwa penyemprotan asap ca ir di atas bokar dapat menghilangkan/menetralkan bau busuknya dan asap cair dapat membekukan lateks (getah karet) dengan sempurna dengan nilai plastisitas tinggi, dan sifat flsik vulkanisat setara atau bahkan lebih baik dibandingkan dengan karet yang dihasilkan dengan pembeku asam format (semut). Asap cair dapat mengatasi bau busuk dari karet yang selama ini   belum pernah dapat diatasi, karena mengandung 67 jenis senyawa yang dapat berfungsi mencegah dan mematikan pertumbuhan bakteri   ( y a n g   berperan dalam timb ulnya bau busuk) dan senyawa – senyawa yang mudah menguap serta berbau spesifik asap.
Dari hasil penelitian ini, kemudian dilakukan kerjasama dengan PT Badja Baru (pabrik karet remah) untuk melakukan percobaan dalam skala pabrik dengan menggunakan lateks dar i Kebun Percobaan Balai Penelitian Sembawa. Hasil percobaan sebanyak 125 ton karet kering dengan menggunakan asap cair sebagai pembeku lateks, telah dikirim ke Michellin (SMPT) untuk pengujian di pabrik ban mereka. Kesimpulannya adalah mutu karetnya baik, dapat diterima, dan ramah lingkungan (tidak bau). Selanjutnya dari tahun 2000  -   2002, dirancang alat pirolisis untuk memproduksi asap cair dari bahan baku cangkang (tempurung) kelapa sawit, dimulai dari kapasitas reaktor 10 kg, menjadi 40 kg, kemudian 100  kg, ditingkatkan menjadi 1000 kg dan terakhir saat ini sebanyak 2000 kg cangkang sawit untuk sekali proses selama 8 jam. Reaktor pirolisis tersebut dirancang sendiri di dalam negeri karena tidak ada acuan di negara manapun, walaupun melalui internet. Setel ah mendapat bentuk reaktor pirolisis, maka dibangun pabrik asap cair oleh PT Global Deorub Industry, dengan merk dagang “Deorub”.
Pabrik asap cair “Deorub” ini merupakan pabrik asap cair pertama   di Indonesia dan bahkan di dunia. Pabrik ini menggunakanbahan   baku dari limbah cangkang (tempurung) kelapa sawit dan diaplikasikan untuk industri karet. Deorub dihasilkan melalui proses  Cl ean Technol ogy Pr ocess (CTP)   dan Clean Development Mechanism (CDM)   yaitu dengan menggunakan limbah cangkang (tempurung) sawit, yan g diproses secara pirolisis dengan menggunakan suhu 300  -400 °C selama   ±   8 jam dalam reaktor terturup, kemudian asap yang terjadi didinginkan dengan air sampai terjadi cairan berwarna coklat, tanpa   penambahan bahan kimia sedikitpun. Dalam pengolahan Deoru b ini, tidak ada limbah yang dihasilkan (zero waste) karena air yang digunakan untuk pendinginan disirkulasikan kembali dan produk samping berupa arang dan tar dapat dimanfaatkan untuk arang aktif dan pengawet kayu.  Pabrik asap cair ini banyak dibantu oleh  Kementerian Negara Riset dan Teknologi dengan dana dari Riset Unggulan Kemitraan (RUK) tahun 2005 dan 2006 ini untuk melakukan penelitian yang berjudul: “Optimasi produksi asap cair yang ramah lingkungan sebagai koagulan lateks, penanganan limbah bau dan c air dalam pengolahan karet remah dan sit asap”.
Hasil dari RUK tahun 2005
1.   Proses optimum pirolisis pada suhu proses 398 °C, selama 628 menit dengan kadar air cangkang sawit 17,12%, dan setelah 8 jam proses dari 2000 kg cangkang sawit akan dihasilkan   asap cair, tar dan arang masing -masing sebanyak 810 liter, 90 kg dan 850 kg dengan kadar fenol maksimum 14,5 % (senayawa fenol disini dalam bentuk lerikat dengan senyawa lain)
2.    Diperoleh formula asap cair yang dapat digunakan oleh petani sebagai bahan pem beku yang efeklif dan dapat mencegah bau.   Formula yang diberi nama Deorub K ini telah dipakai sebagai pembeku lateks petani dalam program karet bersih dan ramah lingkungan oleh Gubernur Sumatera Selatan (Sum – Sel). Pada tahun 2005 yang lalu, Gubernur Sum – Se l melalui Dinas Perkebunan Propinsi telah memberikan bantuan sebesar 160 ton Deorub K yang dibagikan secara gratis kepada 16000 petani karet di 6 (enam) Kabupaten di Sum – Sel, dan pada tahun 2006 ini direncanakan akan diberikan bantuan sebanyak 53 ton untuk  5300 orang petani di 4 (empat) Kabupaten yang lain.
3.    Asap cair sebagai penghilang bau telah dipakai oleh hampir semua pabrik karet remah di Palembang meskipun dalam aplikasinya berbeda – beda konsentrasinya, sesuai dengan kondisi pada masing – masing pabrik..
Kemudian untuk program RUK tahun 2006 ini, direncanakan akan dihasilkan:
1.    formula asap cair Deorub S untuk pengolahan sit asap/RSS tanpa pembakaran kayu karet di PT Perkebunan Nusantara dan Swasta
2.    formula asap cair Deorub CV untuk pengolahan karet vi skositas mantap dalam bentuk karet remah atau RSS  Terobosan   yang diperoleh dengan penggunaan asap cair ”Deorub” dalam industri karet adalah untuk industri karet remah: waktu pengeringan awal yang lebih cepat dan tidak terjadi bau sejak dari kebun sampai   ke pabrik karet remah dan bahkan sampai di pabrik ban, dan untuk industri karet sit asap/RSS   (Ribbed Smoked Sheet)  adalah waktu pengolahan jauh lebih cepat yaitu dari 6 hari (secara konvensional) menjadi dari 2 hari (dengan Deorub) dan tidak ada pembak aran kayu karet lagi untuk pengawetan dan pengeringan sit. Dampak terhadap lingkungan dengan tidak ada pembakaran kayu karet lagi, maka akan dicegah pencemaran udara oleh COa di Duma sebanyak 46 % x 6 juta m 3  (produksi RSS di Dunia ±1,5 juta ton, setiap to n RSS memerlukan kayu bakar sebanyak ± 4 m 3, dan setiap kg kayu karet dibakar menghasilkan CO 2   sebanyak 46 %). Serta kayunya dapat dijual di pabrik papan lapis atau dibuat perkakas rumah tangga.

Pemilihan cangkang sawit sebagai bahan baku dalam industri as ap cair “Deorub” adalah tersedia dalam jumlah yang sangat banyak ( ± 7 % dari tandan buah segar/TBS) dan sebagian besar (60  -   70 %) masih dibuang atau dibakar di kebun. Sebagai contoh di Sumatera Selatan dengan jumlah pabrik sawit mentah (CPO) sebanyak 40  buah akan menghasilkan cangkang sawit sebanyak 1100 ton per hari.
Potensi pasar asap cair “Deorub” untuk industri karet saja sangat besar, misalkan untuk industri karet di dalam negeri dengan produksi 2,27 juta ton per tahun, jika dihitung hanya 25 % saja yang mengguffakan asap cair “Deorub”, maka akan diperlukan sebanyak 25/100 x 30 ml/kg karet kering x 2,27 x 106  x 1000 = 17025 ton per tahun. Untuk luar negeri, misalkan Thailand saat ini memproduksi RSS sebanyak 1,1 juta ton, jika dihitung hanya 25 % meng gunakan asap cair “Deorub”, untuk setiap kg karet kering RSS memerlukan sebanyak 75 ml, maka akan dibutuhkan sebanyak 25/100 x 1,1 x 106 x 75 ml x 1000 = 20625 ton per tahun. Total kebutuhan asap cair “Deorub” adalah 37650 ton per tahun. Padahal saat ini p roduksi asap can: “Deorub” hanya sekitar 250 ton per bulan atau 3000 ton per tahun, jadi baru terpenuhi 8 % saja dari total kebutuhan untuk hanya seperempat industri karet.
Hasil penelitian dan pengujian dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Has il Hutan Bogor menunjukan bahwa mutu asap cair “Deorub” dengan sekali putaran distilasi (redistilasi) akan menghasilkan mutu yang   setara   dengan wood  vinegar   kualitas baik, bila mengacu pada spesifikasi J a p a n   Wo o d  Vinegar Association.   Jadi terdapat kemungkina n Deorub dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk industri yang lain seperti: pupuk organik alami, pestisida dan herbisida alami, deodorizer, antiseptik (penyakit kulit), kosmetik, farmasi/obat – obatan, dan lain – lain.  Selain itu, Badan Pengawasan Obat da n Makanan menjelaskan bahwa asap cair dapat menggantikan formalin. Diperkirakan dibutuhkan formalin sebanyak 500 – 1000 ton per bulan untuk pengawetan bahan pangan tersebut. Jadi terdapat potensi yang sangat besar untuk pemanfaatan asap cair sebagai pengawet  bahan makanan yang tidak berbahaya bagi kesehatan manusia dengan harga yang lebih murah dan ramah lingkungan.  Jadi asap cair “Deorub” dapat menjadi lokomotif bagi industri lainnya karena mempunyai kegunaan yang luas untuk dikembangkan menjadi bahan – bahan:   pengawet pangan, alternatif pengganti BBM, pupuk organik alami, pestisida dan herbisida alami, deodorizer (parfum), antiseptik, kosmetik, farmasi/obat -obatan, dan lain – lain.


KESIMPULAN:

          Berdasarkan mata kuliah Pengetahuan Lingkungan dari masalah yang terdapat pada PT. Antako Wisena dalam pengolahan bahan olah karet rakyat (BOKAR) yaitu mutu bokar yang rendah dan bau busuk yang menyengat sejak dari kebun. Mutu bokar yang rendah ini disebabkan petani menggunakan bahan pembeku lateks (getah karet) yang tidak dianjurkan dan merendam bokar di dalam kolam/sungai selama 7 – 14 hari. Hal ini akan memacu berkembangnya bakteri perusak antioksidan alami di dalam bokar. Bau busuk menyengat terjadi juga disebabkan oleh pertumbuhan bakteri pembusuk yang melakukan biodegradasi protein di dalam bokar menjadi amonia dan sulfida. Masalah bau busuk yang mencemari udara di sekitar pabrik karet remah ini sampai saat ini sangat sulit diatasi walaupun semua pabrik sudah menggunakan   scrubber (cerobong asap), padahal di sekeliling pabrik sudah menjadi kawasan perumahan. Pada akhirnya bau busuk ini menimbulkan keluhan – keluhan masyarakat di sekeliling pabrik bahkan yang jauh dari pabrik (bau terbawa oleh angin).
Untuk mengatasi permasalahan dalam pengolahan karct remah khususnya bau busuk, Balai Penelitian Sembawa  -   Pusat Penelitian Karet sejak tahun 1999 s/d sekarang, telah melakukan penelitian penggunaan asap cair sebagai penghilang/penetral/pengurang bau dan sebagai bahan pembeku lateks, dengan dana dari rutin, A PBN, kerjasama dengan pihak swasta dan tahun 2005 – 2006 dibiayai oleh Riset Unggulan Kemitraan dari Kementerian Negara Riset dan Teknologi untuk pengembangan industrinya.
          Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan lingkungan sangatlah penting untuk diketahui oleh masyarakat khususnya untuk perusahaan yang bergerak dibidang apapun, seperti contohnya perusahaan yang bergerak dibidang pertanian. Pengetahuan lingkungan dapat mengatasi terjadinya masalah utama seperti pencemaran air, udara, tanah maupun suara.  Semua industri pasti mempunyai persoalan dengan limbah. Semakin tinggi sebuah sistem produksi berjalan, semakin banyak pula limbah yang dihasilkan. Mengatasi persoalan limbah bukanlah perkara gampang, apalagi cara menangani limbah cair produksi. Limbah cair merupakan bahan yang berbahaya bagi lingkungan hidup maupun manusia. Oleh karena itu sebaiknya harus dicarikan cara menangani limbah cair agar tak menambah masalah lingkungan maupun konflik dengan masyarakat yang tinggal disekitar pabrik. Solusinya dari beberapa sumber yang ada terdapat dua cara, yaitu:
1.    Membuat IPAL
Pilihan pertama cara menangani limbah cair adalah membangun instalasi penjernihan air limbah atau yang lebih populer disingkat IPAL. Lokasi IPAL berada tidak jauh dari pabrik. IPAL terdiri dari beberapa kolam yang berfungsi menjernihkan air limbah yang tadi kotor menjadi air bersih (sudah tak mengandung bahan kimia berbahaya). Untuk mengetahui apakah air yang sudah disaring benar-benar bersih dari racun, terlebih dahulu wajib melewati uji laboratorium. Uji laboratorium itu dilakukan secara periodik agar kualitas air hasil pengolahan IPAL bisa dijaga.
2.    Memakai bahan ramah lingkungan
Pilihan kedua adalah menggunakan bahan-bahan cair yang ramah lingkungan. Misalkan untuk usaha pembuatan batik bisa menggantikan zat pewarna kimia dengan pewarna alami. Demikian juga dengan bahan-bahan lain sebaiknya dicarikan solusi lain yang lebih ramah lingkungan, dan limbahnya pun lebih gampang dinetralisir.
           Hal yang pasti membuat masyarakat sering bertanya-tanya adalah kenapa masih begitu banyak perindustrian yang tidak bertanggung jawab terhadap limbah yang dihasilkan. Padahal sebelum membentuk sebuah perindustrian harus memiliki izin terlebih dahulu. Pencegahan pencemaran dari kawasan industri diatur dlm UU, seperti terlihat dalam Pasal 20 UUPLH disebutkan:
1.  Tanpa suatu keputusan izin, setiap orang dilarang melakukan pembuangan limbah ke media lingkungan hidup.
2.  Setiap orang dilarang membuang limbah yang berasal dari luar wilayah Indonesia ke media lingkungan hidup Indonesia.
3.   Kewenangan menerbitkan atau menolak permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada pada Menteri.
4.  Pembuangan limbah ke media lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan di lokasi pembuangan yang ditetapkan oleh Menteri.
5. Ketentuan pelaksanaan pasal ini diatur lebih lanjut dengan peraturan perundang-undangan.
            Maka dari itu diharapkan agar setiap perindustrian bertanggung jawab akan limbah yang dihasilkan, sehingga tercipta keseimbangan ekosistem yang ada dilingkungan tempat berproduksinya industri tersebut.



Sumber:
http://www.antakowisena.com
http://emiliyawatitampu.blogspot.co.id/2013/04/pengetahuan-lingkungan-di-industri.html

2 comments:

  1. Apabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan konsultasi kepada Anda mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.

    Salam,
    (Tommy.k)
    WA:081310849918
    Email: Tommy.transcal@gmail.com
    Management

    OUR SERVICE
    Boiler Chemical Cleaning
    Cooling tower Chemical Cleaning
    Chiller Chemical Cleaning
    AHU, Condensor Chemical Cleaning
    Chemical Maintenance
    Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
    Degreaser & Floor Cleaner Plant
    Oli industri
    Rust remover
    Oli Grease

    ReplyDelete
  2. Casino in Maryland - DrmCD
    The casino 문경 출장마사지 at Hanover is 춘천 출장샵 just one step away. This casino offers a great 울산광역 출장안마 selection of games including blackjack, 태백 출장안마 roulette, craps, 동해 출장안마 keno, slots, video poker,

    ReplyDelete