Sunday, November 30, 2014

ISD Tugas 4



LINGKUNGAN MENCERMINKAN
KESAMAAN DERAJAT DALAM BERSOSIALISASI


       Manusia sebagai makhluk sosial  dalam kehidupannya pada dasarnya dalam untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mempertahankan hidupnya membutuhkan manusia lain di sekelilingnya. Atau dengan kata lain bahwa dalam hidupnya manusia tidak terlepas hubungannya dengan manusia lainnya, sehingga hubungan antar manusia tersebut merupakan kebutuhan objektif. Mewujudkan keinginan menjadi satu dengan manusia lainnya, maka manusia melakukan hubungan sosial atau interaksi sosial. Garna (1996:76), menyatakan bahwa semua kelompok masyarakat, organisasi, komunitas dan masyarakat terbentuk oleh para individu yang melakukan interaksi. Karena itu suatu masyarakat adalah individu yang sedang melakukan interaksi dalam mengambil peranan, komunikasi dan interpretasi yang bersama-sama menyesuaikan tindakannya, mengarahkan dan kontrol diri serta perspektif. Tindakan bersama individu dalam melangsung peran itu untuk memperoleh kepuasan bersama.



      Hubungan-hubungan antar manusia diperlukan pengaturan agar kehidupan bersama dapat tentram, damai dan harmonis. Sebab dalam hubungan sosial tersebut akan terjadi aksi dan reaksi yang tidak selalu harmoni tetapi dapat juga terjadi pertentangan-pertentangan. Harsojo (1977:128), mengatakan bahwa koperasi antar manusia memerlukan syarat ketertiban (keteraturan). Hal ini disebabkan karena:
1.         Manusia individual atau kelompok berusaha sekeras-kerasnya untuk mempertahankan kelangsungan  
       hidupnya dan dapat jaminan keamanan, jika mungkin mencapai suatu tingkatan kemakmuran
2.         Mendapatkan kondisi yang esensial bagi kelangsungan hidup dan keamanan diperlukan adanya 
        ketertiban sosial dalam derajat tinggi
3.         Mencapai derajat ketertiban sosial yang tinggi diperlukan adanya suatu pengaturan sosial kultural, serta 
        mekanisme yang dapat dipergunakan dalam pengaturan, bagi pelaksanaan pengaturan tersebut.

Kimbal Young (dalam Taneko,1990:112) mengemukakan bahwa, interaksi sosial dapat berlangsung antara:
1.        Orang perorang dengan kelompok atau kelompok dengan orang perorang (there may be to group or 
       group to person relation)
2.        Kelompok dengan kelompok (there is group to group interaction)
3.        Orang perorangan (there is person to person interaction). Dalam melakukan interaksi tersebut 
       diharapkan terjadi penyesuaian (adaptasi) dengan lingkungannya.

Menurut Loomis (dalam Taneko, 1990:114), bahwa ciri-ciri umum dari interaksi sosial yaitu:
1.        Jumlah pelakunya lebih dari seorang, bisa dua atau lebih
2.        Adanya komunikasi antara pelaku-pelaku dengan menggunakan simbol-simbol
3.        Adanya suatu dimensi waktu yang meliputi masa lampau, kini dan akan datang, yang menentukan sifat 
      dari aksi yang sedang berlangsung
4.        Adanya tujuan-tujuan tertentu, terlepas dari sama atau tidak sama dengan yang diperkirakan oleh para 
       penganut.

      Dari pendapat di atas dapatlah dikemukakan bahwa terjadinya interaksi tidak cukup hanya bertemu secara badaniah  atau kontak dengan orang yang berada di sekitar kita, tetapi juga harus dibarengi aktivitas komunikasi. Soekanto (1990:67), mengemukakan bahwa bertemunya orang perorang secara badaniah belaka tidak akan menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan hidup semacam itu baru akan terjadi apabila orang perorang atau kelompok-kelompok manusia saling bekerjasama, berbicara dan seterusnya untuk mencapai tujuan bersama. Proses terjadinya masyarakat menurut Simmel dinamakan Sosiasi yaitu suatu masyarakat itu ada karena terdapat sejumlah individu yang terjalin secara kompleks melalui interaksi dan saling mempengaruhi. Simmel mengatakan bahwa terdapat dua konsep interaksi yang terdapat dalam masyarakat yaitu bentuk dan isi. Dilihat dari situasi sosial, isi merupakan tujuan yang hendak dicapai masyarakat, sedangkan bentuk merupakan jenis interaksi dari hubungan sosial yang nyata di dalam masyarakat yang diwujudkan melalui superordinasi (hubungan dengan bawahan melalui dominasi), Subordinasi (hubungan dengan atasan melalui ketaatan), kerukunan, perwakilan, kerjasama, pertentangan dan lain-lain.
       Menurut Soekanto (1990:69), berlangsungnya suatu proses interaksi di dasarkan pelbagai faktor, antara lain faktor imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati. Faktor-faktor tersebut dapat bergerak baik sendiri-sendiri secara terpisah maupun dalam keadaan tergabung.  Di jelaskan lebih lanjut bahwa faktor imitasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses interaksi sosial. Salah satu segi positifnya ialah dapat mendorong seseorang mematuhi kaedah-kaedah dan nilai-nilai berlaku, sedangkan segi negatifnya antara lain tindakan yang ditiru adalah tindakan yang menyimpang. Faktor sugesti terjadi apabila seseorang memberikan pandangan atau suatu sikap yang kemudian diterima pihak lain. Sugesti ini sebenarnya proses imitasi juga hanya titik tolaknya berbeda. Sugesti dapat terjadi karena pihak yang menerima dilanda emosi sehingga menyebabkan daya pikir rasional terhambat. Adapun identifikasi sebenarnya merupakan kecenderungan-kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan orang lain. Identifikasi sifatnya lebih mendalam dari pada imitasi, karena kepribadian  dapat terbentk melalui proses ini. Proses identifikasi dapat berlangsung baik dengan sendiri maupun dengan sengaja, karena seringnya seseorang memerlukan tipe-tipe ideal tertentu di dalam kehidupannya. Pengaruhnya lebih mendalam dibandingkan dengan proses imitasi dan sugesti. Kemudian proses sugesti, sebenarnya merupakan suatu proses dimana seseorang  merasa tertarik pada orang lain. Di dalam proses ini perasaan memgang peranan sangat penting, walaupun dorongan utama adalah keinginan untuk memahami dan bekerjasama dengan orang lain. Proses simpati dapat berkembang kalau didukung oleh faktor saling mengerti (Soekanto, 1990:71).
     Faktor lain yang tidak kalah pentingnya juga yang dapat memberikan kontribusi kepada interaksi, menurut Rahardjo (1984:147), adalah adanya persepsi. Persepsi adalah suatu gambaran atau ide yang terbetik dalam mental individu. Atas dasar uraian tersebut, maka dapatlah dikatakan bahwa pola-pola tindakan dalam berinteraksi pada suatu masyarakat dibentuk olehh sistem nilai budaya yang tercermin dalam karakteristik kelompok masyarakat dan persepsi atau sikap yang hidup dalam masyarakat itu.

No comments:

Post a Comment